Yogyakarta, Sanggar ASI menutup rangkaian kegiatan Pekan Menyusui Dunia 2025 dan Bulan ASI Nasional dengan menggelar aksi damai di Titik Nol Kilometer Yogyakarta pada Sabtu 30 Agustus 2025. Pemilihan ruang publik sebagai lokasi aksi menjadi simbol edukasi langsung kepada masyarakat: bahwa dukungan terhadap ibu menyusui tidak cukup hanya hadir di ruang kelas, seminar, atau fasilitas kesehatan, tetapi juga harus ada di tengah kehidupan sehari-hari.
Tahun ini, Pekan Menyusui Dunia mengangkat tema global “Prioritise Breastfeeding: Create Sustainable Support Systems” atau “Prioritaskan Menyusui: Ciptakan Sistem Dukungan yang Berkelanjutan”. Tema ini menegaskan pentingnya memastikan setiap ibu mendapatkan dukungan menyusui yang berkelanjutan—mulai dari keluarga, komunitas, layanan kesehatan, dunia kerja, hingga kebijakan publik yang ramah ibu dan anak.
Sepanjang Agustus 2025, Sanggar ASI telah menyelenggarakan berbagai program, antara lain Sanggar ASI Goes to Posyandu, edukasi menyusui melalui Instagram Live, layanan konseling menyusui, serta kampanye publik yang melibatkan ribuan keluarga. Aksi damai di Titik Nol KM menjadi penutup rangkaian kegiatan, sekaligus penegasan bahwa menyusui adalah hak dasar anak dan tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat.
“Aksi di ruang publik ini adalah simbol bahwa menyusui bukan urusan privat semata. Kami ingin mengajak semua pihak—masyarakat, pemerintah, dunia kerja—untuk melihat bahwa ibu membutuhkan ruang aman dan dukungan nyata di manapun mereka berada. Inilah cara kami menutup kesenjangan, sejalan dengan tema global Pekan Menyusui Dunia 2025,” ujar Raisika Riyanto, CEO Sanggar ASI.
Dalam orasi penutupnya, Raisika Riyanto menyampaikan ajakan sekaligus tuntutan kepada berbagai pihak diantaranya kepada Pemerintah unuk mengalokasikan anggaran untuk pelatihan konselor menyusui,perkuat pembinaan posyandu agar lebih efektif dan kompeten, hadirkan dukungan lintas sektor—dari pendidikan, kesehatan, hingga ketenagakerjaan, dan integrasikan layanan konseling menyusui ke dalam manfaat BPJS Kesehatan. Kepada Masyarakat untuk menghentikan stigma terhadap ibu yang menyusui di ruang public, dukung ibu menyusui yang sedang memberi kehidupan, dorong para ayah menjadi partner sejati dalam pengasuhan, dan mengingat bahwa menyusui adalah tanggung jawab bersama, bukan beban ibu semata.
Seruan ini juga mengajak semua pihak untuk bergabung dalam gerakan mendukung hak menyusui, lawan sistem dan hambatan yang membuat menyusui menjadi sulit, mengingat satu tetes ASI adalah simbol perjuangan, setiap hisapan bayi adalah doa bagi perubahan, dan dari kesejahteraan generasi sejak bayi,” tegas Raisika.
Sanggar ASI merupakan pionir social enterprise yang mendukung ibu menyusui di Indonesia. Selama lebih dari satu dekade, Sanggar ASI konsisten menjalankan gerakan sosial melalui layanan konseling menyusui, pendampingan PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak), serta edukasi pengasuhan berkelanjutan. Hingga kini, Sanggar ASI telah mendampingi ratusan ribu keluarga di Indonesia dalam perjalanan menyusui dan pengasuhan anak.
Red/ kn/ Dimas