Beri Mereka Sedikit Bahagia

Gunungkidul ( Religi-Kilasnusantara.com ) –// “Bunda Liesky, tengoklah warga kami.. kami sudah biasa saling membantu dan meringankan beban antar tetangga, namun apa daya…kami sama-sama orang tak punya.”

Namanya Sugino, Takmir Masjid dusun Karangwetan-1 Kepanewon Karangmojo Kabupaten Gunungkidul ini mengiba penuh keprihatinan atas keterbatasan sesama warga di desanya yang konon tidak ada satupun yang menjadi Pegawai Negri (ASN)

Dimana ada dua keluarga yang benar-benar tidak layak untuk tidak di beri bantuan dalam kesulitan hidupnya.

Dua pasang suami istri ini selama berumah tangga hingga kini belum pernah menikmati aliran listrik sebagai penerang dalam rumahnya. Jangankan untuk pasang listrik, sekedar beli kebutuhan dapur pun sulit. Bahkan tempat tidur dengan dapur menyatu dalam satu ruangan yang sama.

Keduanya tinggal di gubuk bambu reyot yang sudah ‘doyong’ dengan penyangga sana-sini.

Jika malam hari turun hujan, mereka sudah terbiasa basah kedinginan lantaran gentengnya bocor. Beranjak bangun lantas mendapati rumahnya becek pun menjadi anugerah tersendiri bagi mereka karena memang lantainya beralaskan tanah liat.

Dia, Kakek sepuh bernama Priyo Rejo biasa di panggil Mbah Soyo yang kini berusia 78 tahun adalah seorang pencari rumput dalam keseharianya. Yang mana hasil merumput kemudian di tukar dengan senilai beras sebagai amunisi penunjang hidupnya bersama sang istri.

Sedang satunya bernama Mbah Purwanto usia 63 tahun. Sebagai mata pencaharian Mbah Pur ia membuat anyaman bambu semisal ‘cething dan tenggok’ sesuai kemampuan yang juga kemudian hasilnya di jual ke pasar.

Bertani, mereka  tak punya sawah. Ingin turut bekerja sebagai kuli bangunan, tenaganya kini tak lagi memadai.

Keduanya kini lebih memasrahkan hidupnya pada Sang Khaliq semata. Mereka tidak pernah berkeinginan meminta belas kasih dari warga yang lain. Juga tidak pernah merasa lapar meski sehari makan sehari berpuasa lantaran keadaan.

Pun padanya tidak ada rasa malu manakala tak mampu hidup layak sebagaimana kebanyakan manusia.

Namun wahai diri, juga engkau saudara-saudaraku..

Meski Mbah Soyo dan Mbah Pur tidak pernah meminta belas kasih pada manusia, apakah demi melihat kondisi hidupnya kita tidak lantas timbul rasa kasihan?

Dan, ketika mereka tidak juga merasa malu dengan keadaan hidupnya yang susah. Apakah kita juga tidak merasa malu untuk tidak mempedulikannya?

Untuk itu wahai sodaraku, ijinkan aku mengetuk pintu hatimu. Ulurkan tanganmu untuk memberinya kesempatan agar di sisa usia mereka, mereka dapat ikut menikmati sedikit saja manis dunia.

Sekiranya bisa, mari bangunkan rumah yang layak baginya.

MTKN (Majelis Taklim Khoirun Na’imah) sendiri yang akan menjadi kepanjangan tangan kalian untuk menyampaikan salam padanya. Pada keluarga Mbah Soyo dan Mbah Pur.

Mari berdonasi sebagai bentuk cinta dan kepedulian terhadap mereka.

Kita bayangkan saja, seandainya ke empatnya adalah kedua Ayah dan Ibu kita…

Maka, kirimkan saja satu sak semen untuk andil beri bahagia padanya.

Patungan bisa di salurkan melalui Rekening BCA 8950507170 A.N LISKI YANIWATI.

Konfirmasi ke No Telp 0823-3603-0209

Noted:

Satu minggu sebelum berita ini kami unggah, rumah Mbah Soyo telah di pasang listrik oleh warga setempat dengan cara urunan (patungan)

(Liesky Rennita)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *